Berhenti Menggunakan WhatsApp (WA)

Awalnya saya menyukai WhatsApp (WA), sejak ia hadir menawarkan kemudahan untuk berkirim pesan secara online. Saya  pertama kali menggunakan WA di handphone Nokia Symbian, maklum waktu itu belum memiliki Android. WA memang memberikan banyak kemudahan bagi pengguna untuk mengirimkan pesan cepat (chat).

Beramai-ramai orang menggunakan BBM, tapi tidak bagi saya, meski waktu itu sangat ngebet, namun belum juga keturutan. Hingga BBM bangkrut, belum pernah saya merasakan menggunakan BBM. Adanya WA memberikan rasa nyaman, karena meski tidak tergabung dalam group BBM namun saya masih bisa menggunakan WA. Sebelum ada WA, saya biasa memakai Nimbuzz, Mig33, dan aplikasi chating online lainnya.

Efek Perkembangan Menggunakan WA

Semakin banyak orang memakai Android, semakin banyak pula dari mereka yang menginstal WA. Disadari atau tidak, salah satu aplikasi wajib yang ada di Android adalah WhatsApp, orang-orang tidak lagi mengunakan aplikasi BBM atau pesan SMS, namun lebih memilih memakai WA.

Seedbacklink affiliate

Sifat dasar WA adalah memakai nomor ponsel sebagai akunnya, bagi nomor ponsel yang sudah tersinkron dengan WA, maka secara otomatis WA akan menampilkan orang-orang yang telah menginstal aplikasi ini. Sehingga banyak orang yang sebelumnya tidak saling menyapa melalui pesan singkat, kini banyak yang melakukannya.

Koneksi yang terbangun antar nomor ponsel sahabat, keluarga dan kenalan yang ada di WA kemudian mengubah keinginan para pengguna yang semula hanya saling menyapa melalui chat antar dua orang (private message), menjadi saling terhubung ke dalam group/forum daring. Misalnya, orang-orang mulai membuat group yang berisi nomor teman saat masih duduk di bangku SMA, SMP, PT, teman kerja, teman hobi dan lain-lain. Hal ini menjadikan HP tidak berhenti dari notifikasi yang masuk sebagai penanda pesan baru.

Seedbacklink affiliate

Saya merasakan efek dari saling berkirim pesan di dalam group WA, di antaranya:

  1. Saat pertama kali bisa terhubung dengan teman-teman, rasanya sangat senang.
  2. Saking senangnya, saya dan teman-teman banyak mengirim pesan ke group.
  3. Ramainya bertahan selama seminggu dengan pembicaraan yang bagus, semisal saling menanyakan aktivitas kawan yang ada di kejauhan, membahas bisnis dll.
  4. Karena latar belakang pekerjaan tidak sama, maka pembicaraan yang asyik beberapa kawan tidak disenangi kawan lainnya.
  5. Mulai muncul sikap egois masing-masing.
  6. Kemudian group Whatsapp menjadu sepi meski anggotanya ramai.
  7. Jika tidak sepi, group tidak lagi membicarakan hal-hal yang penting namun membicarakan sesuatu yang di luar dari konteks kenapa group tersebut dibuat.

Kebanyakan group WA hampir memiliki persoalan yang sama, meski demikian, ada juga group WA yang benar-benar produktif dan hanya membahas yang subtansi saja. Semakin banyak group yang diikuti, semakin mudah kita menilai group WA mana yang paling bagus untuk selalu diikuti.

Kelemahan WhatsApp Bagi Anggota Group

Banyak anggota grup yang menahan diri untuk keluar dari grup WA yang telah diikuti atau dipaksa untuk mengikuti, alasan paling jelas adalah, setiap ada anggota grup yang keluar, selalu menyisakan notifikasi pemberitahuan di dalam grup WA tersebut sehingga diketahui oleh semua anggota.

Keluarnya orang dari dalam grup WA selalu disangkut pautkan dengan sesuatu, misalnya orang tersebut marah, tidak menyepakati sesuatu, dianggap aneh, tidak seperti anggota-anggota lain yang tetap bertahan dan macam-macam. Jika ada teman dari anggota grup WA yang kenal baik dengan kita, mereka akan menanyakan secara langsung mengenai alasan kita keluar dari grup.

Seedbacklink affiliate

Ada beberapa kelemahan WA bagi anggota group, di antaranya:

  1. Jika keluar dari grup WA, semua anggota grup mengetahui.
  2. Centang biru selalu terlihat dari dalam group (melalui info pesan) meski kita sudah menonaktifkan centang biru di pesan private.
  3. Setiap orang bisa menambahkan nomor kita di dalam group, tanpa ada izin terlebih dahulu.
  4. Otoritas admin grup sangat terbatas, sehingga tidak bisa –semisal — membisukan anggota grup yang bandel.

Dari persoalan ini, lama-lama saya menjadi sangat terganggu dengan WA, meski semula sangat menyukainya. Saat ini WA tidak lagi ramah pada pengguna dan sangat mudah dipakai untuk menyebarkan berita-berita yang belum tentu benar. Jika semua pengguna sudah memahami pemakaian teknologi secara baik, tentu akan lebih bijak dalam memakainya.

Belum lagi datangnya chat private dari orang yang tidak dikenal namun memiliki nomor kita, ini menimbulkan kegalauan tersendiri. Jika tidak dibalas, namanya sombong, kalau dibalas, bisa menyita waktu dan perhatian. Jika tidak percaya, cobalah untuk menjadi blogger populer, hahahaha.

Akhirnya saya memutuskan untuk menghapus akun WA secara total, bukan hanya menghapus aplikasi semata lo, namun akun. Efek buruk dari menghapus akun WA adalah, semua chat yang sudah diterima maupun dikirim sudah tidak bisa direstore lagi, keluar secara masal dari grup WA, nomor HP tidak lagi terdaftar di WA.

Seedbacklink affiliate

Namun, keputusan sudah bulat, saya benar-benar ingin menghapus WA untuk beberapa waktu, bisa sebulan, setahun atau bahkan selamanya. Ini berat, karena sebagian besar kenalan selalu menghubungi melalui WA. Meski demikian, saya tetap memakai nomor HP untuk menerima SMS dan Call, jadi secara teknis masih bisa dihubungi.

Dan selama beberapa hari ini, saya banyak menerima panggilan dari orang yang benar-benar berkepentingan dengan saya, tidak sekedar basa-basi semata. Saya merasakan, tanpa WA, ada banyak waktu yang bisa dipakai untuk hal-hal penting. Tidak seperti saat memakai WA, saya merasa selalu penting, meski notifikasi pesan berasal dari grup, bukan chat private. Sebenarnya, meski banyak orang tidak bisa lepas dari pandangan dari layar smartphone, mereka hanya memandangi chat yang masuk di dalam group.

Seedbacklink affiliate
Share your love

Tinggalkan Balasan