Journalist and Web Developer
Journalist and Web Developer
Arek Madrasah Aliyah (ARMADA) yang Kian Kreatif
Hai para pelajar Mam Watulimo, apak kabar kalian? Semoga kalian tetap dalam keadaan sehat dan bisa melanjutkan kreativitas. Semoga kalian tetap dalam keadaan baik sehingga dapat memuntahkan segala gagasan liar kalian ke dalam karya positif.
Surprise, ketika pertama kali melihat video yang kalian unggah di akun Youtube. Produk kreatif serius berdurasi 8 menit yang cukup menjelaskan secara detail tentang wadah karya kalian bernama aliyahmu.com. Saya jadi iri melihat perkembangan kalian, mengingat, sekitar 8 tahun yang lalu, saat saya masih menjadi siswa Aliyah, belum mampu melakukan dan membuat karya kreatif semacam ini. Kalian merupakan prototype generasi jaman now yang sukses sebagai siswa teladan, meski sebenarnya kalian tak butuh pengakuan.
Kalian pasti menyadari bahwa, sekolah yang sekarang kalian gunakan untuk menempa ilmu tersebut, merupakan sekolah kecil yang berada di antara gedung-gedung lain (4 sekolah dalam satu lokasi), lagi tak seperti sekolah-sekolah negeri favorit di kabupaten ini. Atau, kalian pasti menyadari bahwa teman setingkat kalian tidak mampu memenuhi satu kelas berukuran 8×9 meter persegi. Kalian pasti sadar tanpa paksaan jika fasilitas yang diberikan sekolah kepada kalian tidak separlente sekolah-sekolah negeri, bahkan cenderung tidak punya fasilitas. Dan kalian tetap menyadari bahwa sekolah kalian bukan sekolah yang digandrungi kebanyakan anak muda jaman now.
Tapi meskipun MAM Watulimo adalah wujud dari sekolah yang serba kurang, kalian tetap memilihnya sebagai tempat untuk melanjutkan proses belajar. Dan saya mempercayai bahwa, pilihan kalian tidak salah dan cenderung beruntung. Tak peduli apa alasan kalian memilih Aliyah, yang jelas semenjak kalian masuk di lingkungan aliyah, semenjak itulah kalian mendapatkan dua pelajaran penting, yakni “pelajaran tentang sense of belonging dan pelajaran nerimo ing pandom“. Kenapa bisa begitu?
Senseog of belonging secara harfiah berarti rasa memiliki akan sesuatu. Secara istilah, sense of belonging biasanya diartikan sebagai rasa memiliki suatu kelompok atau organisasi dalam diri anggotanya. Ingatlah, kalian tidak memiliki beratus-ratus teman pelajar (terkadang tidak kenal satu sama lain), teman kalian berjumlah jari tangan dan kaki 3 orang, dan nyaris satu orang mengenal dari setiap wajah dan nama yang lain. Kalian mengenal teman-teman kalian dengan baik, bahkan mengenal karakter teman-teman kalian.
Hal paling penting apalagi yang bisa diambil dari sebuah pertemanan selain saling mengenal satu dengan yang lain. Bahkan kalian tahu karakter-karakter guru yang telah mendidik kalian. Selain itu kalian juga kerap diajak untuk lebih mencintai organisasi kalian (Muhammadiyah), dikenalkan setiap hari, diajak turut serta menjadi bagian darinya tanpa memandang sebelah mata organisasi lain. Kalian lah pelajar generasi wow yang banyak diimpikan oleh orang tua.
Pelajaran kedua yang bisa kalian raih adalah perasaan nerimo ing pandum, menerima segala sesuatu yang kalian terima, bukan menerima apa yang harus kalian terima (diinginkan) sebagai pelajar. Dan kalian akan menerima segala kekurangan tersebut setiap hari.
Tahukah kalian, para OSIS (sekarang IPM) jaman dahulu, tak pernah sekalipun menghiba anggaran sekolah untuk mengisi kas OSIS, untuk digunakan membuat kegiatan-kegiatan. Tidak, kami tidak meminta uang dari sekolah, kami mencari uang tersebut dengan membuat produk kreatif yang bisa dijual.
Saat saya dipercaya menjadi ketua OSIS dahulu, saya bisa merasakan keikhlasan teman-teman osis dan siswa lainnya untuk berdikari secara mandiri. Meski tidak sedikit jeweran dan makian yang diberikan para pendidik karena kendablegkan dan kenakalan bocah pelajar, kami tetap ingin menjadi pribadi-pribadi mandiri. Saat itu para siswa tahu bahwa anggaran MAM Watulimo tidak sebesar anggaran sekolah besar lainnya. Kami kekurangan, tapi kami tidak mengemis untuk memenuhi persoalan kami sendiri.
Dan kini, dari tayangan video pendek tersebut, saya menangkap pesan penting khas siswa ARMADA (sebutan arek madrasah aliyah), yaitu: “apa lagi yang bisa menghalangi kami (siswa MAM Watulimo) untuk membuat produk kreativitas, selama niat tulus kami sudah disepakati, tiada ada rotan, akar pun jadi”). Saya tahu dengan persis, tidak ada mata pelajaran multimedia yang bisa kalian manfaatkan untuk mempelajari “cara membuat video”, tapi kalian bisa membuatnya.
AliyahMu.com, adalah sarana kalian untuk mengaktualisasikan diri, kalianlah yang telah mengembangkan media tersebut, dan kalian lah yang setiap saat mengisi artikel-artikel bagus dengan telaten. Bukan saya dan pendidik kalian yang membuat seperti ini, tapi kalian.
Saya sangat yakin, ke depannya nanti, kalian akan menjadi pioner literasi di dalam lingkungan sekolah, bahkan akan menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk membuat media mereka. Karena kalianlah pembaharu, kalian generasi now yang wow. Dan sejatinya, siswa-siswa model kalianlah yang banyak diharapkan oleh dunia pendidikan negeri ini.
Tetaplah kreatif adik-adik ku MAM Watulimo. Kalian kebanggaan kami.