Perbanyaklah bertemu orang-orang, supaya luas perkawananmu dan luas wawasanmu. Begitulah kira-kira bunyi quotes yang tepat untuk menggambarkan kesukaan saya dalam bepergian. Meski, kendati sudah banyak bertemu dengan orang-orang, saya masih belum memiliki wawasan yang mumpuni. Ngono lo, Geis.
Sejak tahun 2017 lalu, saya bergabung menjadi salah satu fasilitator program pemberdayaan Badan Permusyawaratan Desa atau lebih enak disingkat BPD. Di Jawa Timur, satu-satunya kabupaten yang masuk dalam program ini adalah Kabupaten Trenggalek. Ada 4 desa yang ikut serta menerima fasilitasi ini, di antaranya Desa Gemaharjo, Desa Watulimo, Desa Karanganyar dan Desa Tanggaran.
Menjadi fasilitator adalah salah satu jalan ninjaku, Geis. Maka untuk menunjang bagaimana menjadi fasilitator yang bagus serta handal, saya harus berupaya sok repot menerapkan quotes yang saya buat sendiri di atas.
The law of Attraction setidaknya menjadi bukti bahwa, pikiran alam manusia selalu terkoneksi dengan pikiran alam maya (maksud saya bukan dunia maya seperti Facebook, meski ada benarnya) yang menyebabkan terjadinya hukum tarik menarik antara aku dan dirimu manusia dengan alamnya.
Hubungan inilah yang menjadi perantara atas mimpi manusia dengan alamnya yang kemudian secara bersama-sama mengeluarkan energi untuk mewujudkan mimpi tersebut. Tentu dengan izin Dzat Gusti ingkang Murbeng Dumadi (Gusti Alloh SWT).
Simplenya begini, kalau engkau tak memikirkan makan dan berniat menyantapnya, mana mungkin makanan itu akan ada padamu. Bahkan ketika engkau berpikir menjauhkan makanan, ia benar-benar menjauh darimu, contohnya saat puasa.
Nah, saya berpikir nih bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan ilmu tanpa keluar duit, bahkan dapat duit (enak ya keinginanku, hehe). Dan jawaban itu muncul, keinginan saya terwujud tanpa berambisi mengejarnya.
Upaya mendapatkan ilmu tersebut difasilitasi oleh Seknas Fitra, organisasi otonom yang memiliki program pemberdayaan BPD yang saya ceritakan tadi. Saya direkrut jadi salah satu Fasilitatornya dan diundang bertemu langsung dengan para fasilitator se Indonesia (lokasi program) sekaligus bertemu dengan tim dari Seknas Fitra.
Oh yes, Seknas Fitra (National Secretariat – Indonesian Forum for Budget Transparency) adalah organisasi yang bergerak dalam bidang kontrol sosial untuk transparansi proses-proses penganggaran Negara. Organisasi ini bersifat otonom, non profit (nirlaba), dalam melaksanakan gerakannya bersifat independen.
Salah satu penggede Fitra adalah Mas Misbah Hasan, dialah seseorang yang akan saya ceritakan di artikel ini. Bukan bermaksud untuk memberikan sanjungan, Geis. Tapi sebagai upaya untuk menyelamatkan ingatan, sekaligus mendapatkan penghasilan tambahan dari blog ini. Kan kalau artikel ini dibaca dan di share orang, saya akan berkesempatan untuk mendapat dollar. Sekali mendayung, tiga empat janda terlampaui, eh.
Mengenal Misbah Hasan
Misbah Hasan merupakan General Secretary (sekretaris jenderal) di Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), lulusan Fakultas Ekonomi Universtas Darul Ulum, Jawa Timur.
Ia memiliki banyak pengalaman di NGO Nasional. Seorang peneliti, analis, penulis, pelatih, dan konsultan dalam isu-si tata kelola pembangunan desa, pembangunan sosial, perencanaan dan evaluasi tata pemerintahan yang baik, partisipasi publik dan audit sosial.
Sebagai Sekjen, ia berperan memonitor kinerja seluruh staf, memberikan dukungan kepada anggota Fitra dalam pelaksanaan advokasi di tingkat daerah, dan menjaga agar seluruh anggota tetap termotivasi dalam melaksanakan pekerjaannya.
Setidaknya, saya bertemu dengan beliau sudah 4 kali, pertama di Jogja, kedua di Bandung, Ketiga Makasar dan kelima di Watulimo (Trenggalek). Selain bertukar pikiran dengan fasilitator lain, saya juga berkesempatan berdiskusi langsung dengan Mas Misbah.
Saat kami bertemu, ia masih menjabat sebagai sebagai deputi internal FITRA, tapi kini, tepatnya sejak Agustus 2018 lalu, ia telah terpilih sebagai Sekretaris Jendral (sekjen) FITRA, jabatan paling mentereng di lembaga tersebut yang sebelumnya dijabat oleh Mbak Yenny Sucipto.
Lelaki lulusan Universitas Darul Ulum Jombang ini dulunya pernah menjadi anggota Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya manusia NU (Lakpesdam NU) yang mengelola mengelola Program Civil Society Initiative Againts Poverty dari The Asia Foundation.
Ada banyak ilmu yang saya dapatkan dari beliau, terutama tentang pengelolaan sumber daya manusia, ilmu yang ingin saya pelajari tanpa harus kuliah. Tahu kenapa ini penting, Geis?
Karena minat menjadi fasilitator berkorelasi penuh dengan keahlian dalam mengelola sumber daya manusia. Dan sayangnya, ilmu tersebut tidak bisa didapatkan dengan mudah kecuali mau duduk selama 4 tahun di bangku kuliah. Kuliah berarti biaya, kecuali ada beasiswa. Gek sapa seng gelem ngei aku beasiswa?.
Sebagai project manager, mustahil Mas Misbah tidak menguasai ilmu itu, seorang leader haruslah memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman, yang jika merujuk dari keterangan di atas, ia punya kapasitas tersebut. Jadi saya langsung menyimpulkan bahwa, ia sangat paham bagaiaman program tersebut berjalan benar. Dari pengetahuan tersebut diurai menjadi program kerja, diurai lagi menjadi lebih detail, misal implementasi program dan teknis pelaksanaan.
Kalau program tidak direncanakan dengan baik, hasilnya juga tidak bagus kan? Alih-alih dapat output jelas, biasanya malah menjadi ajang proyek semata. Ini salah satu hal yang menjadi perhatiannya.
Nah, Geis. Kalau Mas Misbah ini adalah penggede Fitra tingkat nasional, untuk Jawa Timur, penggedenya adalah Cak Dakelan. Saya sudah mengulas siapa dia di artikel ini: CakDakelan.com, Calon Blogger Sukses Dari Kota Tuban. Selain menjadi aktivis anggaran, ia juga menjadi aktivis blogger ditambah lagi seorang dosen. Tampaknya ia mulai senang menekuni dunia barunya. Cakdakelan.com adalah blog pribadinya.
Dan kesimpulannya, sana senang bisa bertemu orang-orang berwawasan luas, melaluinya, saya bisa menyerap pengetahuan dan mengambil pelajaran dari mereka. Ilmu gratis itu selalu terasa gurih kan? Saya rasa begitu.
Selamat Mas Misbah atas jabatan barunya, semoga amanah dan lebih cetar mengawal Indonesia.