Undangan pernikahan atau jenis undangan lainnya merupakan barang yang dibutuhkan manusia sepanjang masa.
La ya jelas, cuman yang terjadi di sini, undangan hanya dibutuhkan sekali dalam hidup manusia, kecuali bagi manusia yang suka kawin ke sana ke mari.
Bagi saya yang hidup dikampung, hampir setiap hari saya melihat undangan berserakan di meja.
Bukan hanya undangan mantenan sih, tapi juga ada undangan hajatan, undangan rapat, atau sekedar undangan dari dirjen pajak yang memberitahukan untuk segera membayar pajak.
Mas Trigus sudah buat undangan mantenan? hehehe, sudah banget, malah ini sudah mau membuat undangan khitanan atau sunat alias “potong burung” anak saya.
Muda-muda gini saya berani menikah lebih awal coi, berani punya anak banyak coi, emang kayak kalian yang mau nikah saja mikirnya seribu kali.
Mikir berapa biaya buat undangan? Berapa biaya pesta pernikahan? Berapa biaya maskawinnya? Ah sudahlah, segera menikah saja, kagak perlu berpikir panjang. Nanti saya yang buatkan undangannya. Serius pak.
Jadi begini gan, karena saya melihat banyaknya undangan yang berserakan di meja ruang tamu maupun di meja kerja, akhirnya saya berpikir kalau prospek membuat undangan plus desainnya sangat besar dan banyak peluangnya.
Kan sekarang ini kita hidup di mana perkawinan dan perceraian cepat terjadi kan? Gede dikit hamil lalu nikah, tua dikit cerai lalu nikah lagi, aaaah benar-benar kacau hidup ini.
kembali ketopik, nah dengan analisa saya yang kurang lebih sedikit memaksa itu akhirnya saya benar-benar mencoba untuk membuat undangan plus jasa desainnya.
Ternyata membuat undangan itu mudah banget, sumpah mudah banget. Kita tinggal beli kertas template undangan lalu memberinya tulisan selebai mungkin.
Enaknya lagi, estimasi biaya untuk membeli kertas tempat undangan ini jauh lebih kecil dari pada harga jual kita kepada customer.
Hahai, ya jelas laaah, terus kalau harga belinya lebih mahal dari harga jualnya terus untungnya di mana. Ngawur ya saya?
Nah akhirnya saya membeli kertas undangan dan membuatnya. Saya kasih bocoran ya bagaimana perhitungan bisnis membuat undangan:
Harga kertas undangan biasa Rp. 35.000 berisi 100 lembar (cari kertas yang murah saja tapi kualitas grapik dan kertasnya bagus, kalau tega beli yang seharga Rp. 20.000 ribu isi 100 lembar)
Terus jualnya kita perlembar, kalau saya, dengan harga beli segitu, saua jualnya Rp. 1000.
Kamu sudah punya gambaran kan berapa keuntunganmu:
35.000 : 100 = 350 (ini harga bahan pokok undangan perlembar)
350 x 1000 = 350.000 (ini harga jual undangan sejumlah 100 lembar)
350.000 – 35.00 = 315.000 (ini laba yang kamu perloleh)
Enak toooooooooooo? tenan enak tooo? wakeh toooooo bathimu….
Nah perhitungan itu tadi belum dipotong biaya pembelian tinta loh.
Saya berasumsi bahwa tinta printer kamu sudah penuh, jadi tidak perlu membeli tinta lagi.
Ternyata bikin bisnis cetak undangan itu enak to, meskipun sudah banyak sekali para pencetak undangan dan gagasan saya ini sudah cenderung terlambat
Ditambah dengan greget kadaluarsa,
Toh saya bisa dapat untung dari membuat undangan ini.
Oh ya sebenarnya ide itu tidak muncul begitu. Cerita sebenarnya adalah:
Mertua saya adalah tokoh masyarakat yang punya pekerjaan jasa antar undangan, karena saya suka memamerkan laptop di hadapan mertua, akhrinya bliao berinisiatif untuk membuat undangan sendiri. Kan sarujuk banget nih, dia yang membuatkan undangan, dia pula yang mengantarkan undangan.
nah dari sinilah semua itu terjadi, bliao menyuruh saya untuk membuat undangan, mau tak mau saya harus menyanggupi, sebagai wujud bakti kepada mertua. Selain itu dari pada saya hanya duduk-duduk di rumah dengan penghasilan tidak jelas padahal sudah berani menikahi anak gadisnya.
Akhrinya saya putuskan untuk membuat bisnis cetak undangan, tapi kerjanya apabila mertua mendapatkan pesanan antar undangan.
Hem, benar-benar menantu dan mertua yang bahagia, super sekali ya kisnawar. Ups