Pikiran Nakal Saya tentang Nyadran di Dam Bagong

Nyadran di Dam Bagong adalah ritus tradisi masyarakat Kabupaten Trenggalek. Ritual tersebut sudah dilaksanakan selama ratusan tahun. Ia abadi dalam ingatan rakyat, bercerita tentang kerbau, air dan pengorbanan.

Aku mungkin sedang berhalusinasi ketika membaca berita tentang acara nyadran di Dam Bagong. Bukannya meresapi setiap alur yang digelar, aku malah memiliki pikiran nakal.

Ritual sakral Nyadran diperingati setiap tahun oleh Pemerintah Trenggalek dan masyarakatnya. Ada banyak rangkaian acara, namun acara puncak yang paling ikonik adalah pelemparan kepala Mahesa (kerbau) ke sungai Bagong.

Salah satu artikel yang saya baca bersumber dari arsip online Dinas Perpustakaan & Kearsipan Jawa Timur, kamu juga bisa membacanya di sini: Tradisi Nyadran. Dalam artikel tersebut ditulis begini:

Acara puncak yang paling ditunggu dalam ritual nyadran adalah pelemparan tumbal kepala kerbau atau biasanya disebut larung. Dalam upacara Nyadran Dam Bagong ini dikorbankan seekor kerbau yang kemudian disembelih dan kepala, kulit beserta tulang-tulangnya dilempar ke sungai lalu diperebutkan oleh warga masyarakat sekitar. Tujuan ritual nyadran ini sebagai tolak balak, tidak hanya sebagai tolak balak upacara ini juga sebagai simbol agar kehidupan warga Trenggalek gemah ripah loh jinawi.

Seedbacklink affiliate

Kepala kerbau yang di lempar ke sungai kemudian diperebutkan oleh warga. Pengorbanan yang dimaksudkan “hanya sebatas seremonial” belaka.

Ya kalau kita lihat di film-film kolosal jaman dahulu yang namanya pengorbanan ya pengorbanan.

Misalnya pengorbanan di jaman Dinasti Shang, melalui tulisan berjudul Human Sacrifice during Shang Dynasty” dijelaskan bahwa Dinasti Shang menyaksikan dua jenis pengorbanan manusia yang dilakukan secara berkala, yaitu Xunzang (殉葬) dan Renji (人祭).

Intinya dalam pengorbanan tersebut melibatkan nyawa-nyawa manusia, kisah selanjutnya bisa kamu cari sendiri.

Kalau dipikir-pikir kembali, jika yang dimaksud Nyadran di Dam Bagong adalah tentang pengorbanan (tumbal) maka ada beberapa hal yang bisa diplesetkan oleh pikiran nakal.

Seedbacklink affiliate

1. Tumbal kepala kerbau dilempar tapi kenapa diambil lagi?

Tumbal adalah benda atau makhluk hidup yang diserahkan sebagai korban atau persembahan untuk suatu keinginan tertentu.

Kepala kerbau yang dimaksud sebagai benda pengorbanan seharusnya diserahkan kepada makhluk tertentu. Yang namanya diserahkan berarti diberikan. Lazimnya, benda yang sudah di berikan tidak diambil lagi.

Praktiknya, kepala kerbau yang dilempar ke sungai bakal diperebutkan oleh warga —meski tidak semuanya dan hanya sebagian kecil yang mau— setelah itu, orang yang mendapatkan kepala tersebut akan membawanya pulang dan dimasak.

Jadi sebenarnya, esensi pelemparan kepala kerbau ke sungai Dam Bagong itu untuk apa? apalah kesakralan yang dimaksud sudah berganti menjadi seremonial.

Eh memang kebanyak sudah seperti itu kan, SAKRAL = SEREMONIAL.

Seedbacklink affiliate

2. “Simbol penindasan Pemerintah terhadap Rakyat“

Hahahaha, sumpah kalau ini hanya just kidding. Saya membayangkannya sambil tertawa sendiri, di tengah malam sambil ngudud, benar-benar gabut.

Meski ada yang tersinggung, saya harap tidak menjadi marah, karena saya benar-benar ingin menuliskan pikiran nakal ini.

Kerbau yang disembelih akan dipisahkan tulang, kulit, daging dan kepalanya. Kemudian bagian yang non daging dilempar kesungai. Lazimnya yang melakukan ritual ini adalah pemerintah.

Masyarakat memperebutkan “barang buangan“ yang disebut tumbal tersebut, mereka ramai-ramai memasuki sungai demi mendapatkan tulang belulang dan kepala. Sedangkan dagingnya tidak menjadi poin pembahasan.

Jadi pikiran nakal ini tumbuh begini “yang enak-enak didaku oleh pemerintah, dan yang berupa sisa diberikan kemasyarakat, namun dengan cara dibuat rebutan”.

Seedbacklink affiliate

Lantas pemerintah dan jajarannya duduk santai sambil nyemil menikmati daging kerbau, dihibur oleh pertunjukan rakyat berebut kepala dan tulang belulang.

Itu benar-benar penindasan bukan?

Tapi itu hanyalah imajinasi saja, faktanya tidak begitu.

Seorang teman yang rumahnya di dekat dengan tempat nyadran, saya hubungi untuk mendapatkan penjelasan. Dia mengatakan bahwa, daging kerbau yang telah disembelih kemudian dimasak, ketika sudah matang akan dibagikan kepada masyarakat.

“Jadi setiap RT dimintai sumbangan nasi bungkus, kira-kira 100 jumlahnya, kemudian nasi tersebut diberi lauk daging kerbau lantas dimakan masyarakat bersama-sama” jelas teman saya yang tidak ingin namanya disebut.

Kesimpulannya adalah, bahwa makan daging itu termasuk kebutuhan 4 sehat 5 sempurna.

Seedbacklink affiliate

Sekian…

Share your love

Update Artikel

Masukkan alamat email Anda di bawah ini untuk berlangganan artikel saya.

Tinggalkan Balasan