Asiknya Hidupku: Memanen Kacang Tanah di Kebun Milik Orang – Awas di Teriaki Maling

Sabtu kemarin, saya dan beberapa teman sedang ada jadwal lawatan di rumah teman di Gandusari. Saya baru pertama kali melalui jalan itu. Jalur yang saya ini adalah jalur pedesaan, bukan jalur utamanya yang dilalui kendaraan bermotor. Untuk itu, ya, saya menikmati pemandangan dengan landskap pegunungan, yang didasari oleh bentangan persawahan yang luas. Wah, dalam benak saya pun serasa termanjakan oleh lukisan nyata itu.

Tambahan: Ternyata kacang tanah bisa mengurai tanah dengan baik, karena di setiap kulit kacang tanah mengandung kadar oksigen lebih banyak dari tumbuhan biasanya. Hal ini sangat cocok jika terdapat tanah gersang ditanami kacang tenah.

Setiap tarikan gas, saya menikmati udara yang masih segar serasa melihat para petani beraktivitas di sawah. Namun tak dipungkiri perjalanan saya pun tak terasa berhenti dan disambut oleh si empunya rumah. Wah, halusinasi yang baru saja saya nikmati, akhirnya terhenti bersamaan dengan sampainya saya di tempat tujuan.

Saya pun tidak mau kehilangan momen yang jarang saya lihat di sekitar rumah. [Di sekitar rumah penulis tidak ada aktivitas, atau petani kacang di sawah, atau malah saya tidak pernah keluar rumah. Paling-paling keluar hanya di warung kopi atau di tempat-tempat bebas wifi]. Oleh karena itu saya jadi gumunan (suka takjub kalau melihat sesuatu:Red). Selang beberapa menit ngobrol ngalor ngidul tak karuan, saya minta sebentar untuk keluar ingin memotret aktivitas petani memanen kacang tanah itu. Bukan saya kalau melewatkan kesempatan itu tanpa memotret dan ditulis. Hahaha, saya merasa seperti jurnalisme warga saja. Potret lalu tulis. Itu saja kerjaannya. Tidak lebih. Hahaha.

Saya langsung membayangkan bagaimana luas sawah itu semakin ditambah, bukan malah dihabiskan ditanami pohon-pohon besi. Didirikan korporasi yang tak memihak pada rakyat kecil.

Sawah dan petani adalah dua kompilasi yang saat tepat. Ibarat composer musik bertemu dengan lirik yang menghujam jantung. Selalu mengindahkan hati dan kepulan asap dapur warga. Hasil dari bertani di sawah, petani tak harus lagi membeli produk di toko, karena stok di gudang (Lumbung: Red) masih banyak.

Kacang merupakan sumber makanan sekunder. Artinya, sekalipun tak terlalu dibutuhkan dalam asupan gizi tubuh, kacang juga penting. Apalagi di musim kemarau panjang ini, menanam kacang tanah adalah salah satu untuk menanggung inflasi (ora paham artinya) kebutuhan gudang.

Jadi, menanam kacang tanah atau apapun palawija pas musim panas ini adalah salah satu cara untuk bersyukur kepada Allah SWT, untuk itu budayakan menanam. Jangan sampai kita selalu mengharap kan stock bahan-bahan makanan dari kota yang kemudian memenuhi pasar di daerah kita sendiri kita, tetapi kita sendiri yang memenuhinya.

Oh iya, saya sebagai seorang pemuda yang baru saja melakukan blusukan di sawah orang, merasa senang  dan asyik sekali menanam dan memanen tumbuhan di sawah itu. Termasuk kacang tanah.

Share your love

Update Artikel

Masukkan alamat email Anda di bawah ini untuk berlangganan artikel saya.