Mumpung Masih Kemarau, Bersih-bersih Kali Yuk. Musim Hujan Sudekat

mastrigus.com – Pagi tadi, pukul 07.00 wib Tanggal 18 Oktober tahun 2015, ada sesuatu yang berbeda dengan aktivitas warga tetangga ku seputar belakang terminal Bus Trenggalek. Jalan yang biasa aku lalui bersama anak dan istri ketika hendak ke pasar pagi ini ramai di datangi warga. Aku kira akan ada aksi demo, eh ternyata warga Ndosari dan sekitarnya sedang melakukan Kerja Bakti bersih-bersih lingkungan. Khususnya bantaran sungai sepanjang belakang terminal sampai tembus ke sungai induk. Sungai ini merupakan irigasi bagi sawah pertanian yang ada di Surodakan.

Ada apa dengan warga ini? biasanya cuwek dengan sampah-sampah yang ada di dalam irigasi. Kok tiba-tiba rela gotong-royong memunguti pampers dan plastik serta jenis sampah-sampah lain. Padahal sudah sejak lama saya menggerutu kepada istri tercinta setiap pagi ketika berangkat dan pulang dari pasar ketika memandangi banyaknya sampah yang ada di sungai (eh kenapa gak lo bersihin sendiri aja). tapi pagi ini memang pagi yang penuh dengan berkah.


Usut punya usut ternyata warga sudah sadar dengan adanya sampah yang ada didalam sungai, bisa saya katakan begitu karena setiap hari mereka pergi ke sawah samping sungai ini. jadi mustahil bin Mustajab jika tidak melihat popok bayi sekali pakai yang terapung-apung di air. Setiap hari mereka menyaksikan betapa kotornya sungai ini.

Mereka pun sadar jika punya kewajiban untuk menjaga fasilitas dari pemerintah yang di berikan kepada mereka, ini adalah jalur air yang bakalan menghidupi padi-padi mereka, ini adalah irigasi penting dan bersifat premier, bukan lagi irigasi skunder. Namun ibarat “tidak memakan buah nangka tapi kena getahnya” bukan mereka yang sering menyampahi aliran sungai ini (meskipun juga pernah). Tapi dari warga lain diluar RT atau RW yang sudah berniat melintas di sepanjang sungai ini sambil membawa sekantung sampah untuk dibuang di sungai. Sampah itu biasanya berupa popok bayi sekali pakai, dengan dalih kuwalat jika membakar popok bekas kotoran bayi, orang-orang yang kurang kesadaran ini ikhlas lilahi ta’ala membuang sampah di sungai.

Saya sendiri pernah beberapa kali menyaksikan ada orang naik sepeda dengan membawa sekantung sampah, sambil beraksi seperti lempar lembing. sampah-sampah itu jatuh tepat di dalam sungai. Asli istri ku lah yang menerima gerutuan ini, disaksikan anak ku yang berumur 2,5 tahun sambil nyengar-nyengir, senyum-senyum karena merasa lucu, “Bapak mungkin sudah gila?” batinnya. Oh maafkan aku istriku.

Namun hari ini, kesadaran warga sudah sampai pada puncaknya. Tidak memikirkan siapa yang telah membuang sampah di sungai, persetan dengan hal itu, yang terpenting ayo bersihkan sungai ini sebelum musim hujan terjadi. Jika sampai terlambat sawah-sawah ini akan menjadi korbannya. Banjir jangan sampai menjadi rutinitas tahunan. Ayo kerja bakti, bersihkan sungai, setelah itu kita ngopi. (ini yang kerja bakti mereka, yang gendeng kok saya)

Sepulang dari pasar, saya merasa kurang puas melihat hasil kerja mereka (kayak mandor saja). Kuletakkan istriku di depan rumah, Kubisikan di telinga anak lelaki ku, “Boy yuk kita ke sawah, menyaksikan warga membersihkan sampah, supaya engkau tidak katrok, supaya kau bisa bermasyarakat” Sontak anak ku yang masih kecil ini dengan wajah polos, sambil plonga-plongo menjawab “Siap BOOS” sambil mengacungkan kedua ibu jarinya. Astagfirlah dimana sopan santunmu Boy. Kita pergi bersepeda kesana, menyaksikan warga membersihkan sungai, setelah itu. “Pak minta fotonya!” pintaku pada warga. Dengan kompak mereka menjawab “Siap Boos

Share your love

Update Artikel

Masukkan alamat email Anda di bawah ini untuk berlangganan artikel saya.