Setelah dua tahun tidak mengunjungi Kedung Urang Kambu, ternyata banyak sekali perubahan yang terjadi, Geis. Saya kaget dibuatnya.
Memang saat kita melakukan jelajah susur sungai keping (kali keping) pada 2016 lalu, Banyu Anget belum diresmikan menjadi destinasi wisata alam alternatif. Namun rupa-rupanya, masyarakat desa dukuh yang tergabung di pokdarwis dan bekerjasama dengan pihak Perhutani (sebagai pemilik lahan) terus melakukan pembangunan.
Dan sekarang, Banyu Anget sudah diresmikan menjadi alternatif wisata baru yang bisa kita kunjungi kapanpun kita mau, kecuali saat malam hari.
Ada beberapa fasilitas yang disiapkan oleh pengelola di sana, seperti lahan parkir yang dijaga (silakan membayar jasa parkir), area selfie corner berupa tulisan BANYU NGET.
Sensasi Berenang di Sungai
Saya pribadi lebih menganggap wisata yang ada di sini untuk merasakan sensasi berenang di air sungai. Setidaknya berenang di sana mengingatkan saya pada masa-masa kecil dahulu. Klacen, adalah istilah lokal yang dipakai untuk menggambarkan aktivitas berenang di sungai.
Tapi harus tetap hati-hati, karena di sana banyak terdapat batu-batu besar dan kecil yang bisa berbahaya jika kita tidak waspada.
Nah, sensasi klacen ini akan sangat terasa jika kita pergi bersama teman banyak. Ketika saya menyambangi wisata Banyu Anget, saya sangat menikmati sensasi tersebut.
Air yang mengalir jernih dan bersih, itu jika tidak musim hujan. Kesegarannya sangat terasa sampai di ubun-ubun, Geis. Pokoknya segar dan bagus untuk melepaskan penat dan stres.
Banyu Anget Desa Dukuh
Kedung Urang Kambu
Namun kali ini, Banyu Anget dan Kedung Urang Kambu sudah ramai dikunjungi orang, bagi mereka yang ingin merasakan sensasi mandi di air sungai yang masih segar, memang tempat ini adalah pilihan yang tepat.